Pekalongan, 28 Agustus 2020
Tanggal ini di tahun lalu,
Akhirnya aku bisa kembali cuti bukan cuti tahunan melainkan cuti menikah. Setelah sekian penantian, perjuangan yang kadang terasa sia-sia Allah kasih jawaban yang menenangkan, yang sesuai dengan yang aku butuhkan. Ya.. tahun ini, tanggal besok dan hari besok aku akan menikah. Menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak pernah terfikirkan sebelumnya.
Suamiku adalah teman sekelasku, berasa kek judul FTV kan?
Yapp.. aku sama suami berteman sejak tahun 2007. kebayang kan kalo sekelas itu gimana, udah tau pahit dan manisnya, bahkan kejadian memalukan, aib pun bisa tahu.
Menikahinya tidak pernah terencana dalam hidupku, tetapi aku bersyukur karena menikahinya, karena dengannya aku tidak perlu takut untuk mencintai dengan sungguh-sungguh. Usia kami yang berjarak 8 bulan pun tidak menjadi kendala. Mungkin karena “nyaman” yang membuat kami bisa saling memahami satu sama lain.
Kami memang berteman dekat namun tidak cukup akrab, hanya saja kami sering pergi kondangan bareng, kadang curhat, kadang wa-nan sampai malam, kadang juga berkali-kali wa suami tidak aku respon selama beberapa hari. Bukan karena tak mau membalas, tapi karena lupa dan tertumpuk, yah maklum wa grup kerjaan lebih menyita waktu.
Anehnya, meskipun kami tidak akrab, setiap suami dekat sama seorang wanita ada sedikit perasaan cemburu, tidak rela. Lucu ya.. haha
Pun sama dengan suami, pas aku dekat sama seorang teman laki-laki, katanya dia juga cemburu (pengakuan setelah menikah).
Kami memang saling menyebut nama dalam doa, entah sengaja atau tidak. Th 2018 pas suami masih di taiwan, suami pernah sholat istikharah dan padahal yang didoakan tidak ada namaku, tapi anehnya mimpi suami adalah aku menyatakan cinta padanya. Sejak itulah suami bertanya-tanya (kok bisa asrey)
Kemudian mei, 2019 kami bertemu untuk pertama kalinya. Sebenarnya suami pulang sudah sejak bulan maret, tapi entah kenapa juga aku susah untuk ditemuin (kadang lembur, kadang pas dinas dll) dan waktu itu suami membawakan buah tangan “coklat” yang akhirnya kadaluarsa. Wkwkwkwkwk.
Masjid agung mungkin jadi saksi, bahwa aku telah mendoakan-mu disana, memintamu dan mungkin kamu tidak tahu. Aku mempercayai ketika ijab qobul akan banyak sekali malaikat yang datang dan mendoakan kedua mempelai dan saat itu aku berdoa untuk kedua mempelai dan tentunya untuk diriku sendiri.
Hari itu, pas kamu menjabat tanganku terlalu lama, sebenarnya ada perasaan gugup terselip namun kuurungkan karena tidak mau tampak terlihat. Yahh.. tahukah kamu sayang, untuk pertama kalinya hatiku berdesir, tersenyum, salah tingkah, nano-nano rasanya. Kadang ngerasa lucu, apa sih artinya ini?
Bersyukur ternyata perasaan kita tak bertepuk sebelah tangan, dan yang lebih penting adalah kita sama-sama masih sendiri jadi kita tidak menyakiti siapapun.
Purwodadi, 29 agustus 2019
Akhirnya sampai juga hari yang kutunggu, hari dimana aku akan menikah dengan seorang lelaki yang belum ku cintai sebelumnya. Bismillah dengan bermodalkan “nyaman” dan keyakinan yang telah Allah hadirkan semoga ini menjadi pernikahan pertama dan terakhirku selama hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar