Sama, seperti sebelumnya.. tidak berubah sedikitpun hanya berganti pemeran
“ah pakdhe
culya apaan sih”, candaku memanja.
“hahahaaha..ampun
deh budhe J “, balasnya singkat.
Move on itu gampang sekali, saat bersama
pakdhe culya semua nya terasa ceria. Kami akrab karena aku merasa nyambung sama
pakdhe, selain sifatnya yang humoris terkadang dia juga bisa dewasa. Sedangkan
aku?? Aku lebih suka bercanda, aku jarang bisa serius yahh mungkin ketika
tertawa saja aku serius. Banyak orang berkata cewe humoris itu lebih
menyenangkan, bisa buat hiburan contohnya aku dari suara, muka, tarian semua
humoris. Aku berfikir tak ada salahnya emak - bapakku memberiku nama Putri
Mustika Ayu, yahh.. apa artinya aku belum sempat menanyakan.
Kedekatanku dengan pakdhe
culya sebenarnya karena pertemuan tak sengaja sewaktu pakdhe culya komplain
tentang air PAM di kantorku. Sejak saat itu kami bertukar no handphone. Kami sering chatting,
telepon, sms-an, segala jenis komunikasi kami coba dan yang membuat aku gak
habis fikir ketika kami membahas masalah “udel” semua terasa lucu, apa saja
bisa jadi bahan pembicaraan. Aku tinggal di Jambi namun aku fasih bahasa jawa
walaupun acak-acakan. Aku dan pakdhe culya bisa dikatakan kami sedang pede_kate
saat ini. Entahlah,, gelisah mulai tampak ketika pakdhe tak memberi kabar atau
sibuk dengan kerjaannya. Trauma dengan laki - laki sibuk, aku berharap pakdhe
culya tak seperti panda.
Aku selalu bermimpi bahwa
panda adalah laki-laki terakhir yang mengisi hidupku. Kesibukan panda melebihi
segalanya, jadwal ke luar kotanya sangat padat, aahhh tapi semuanya berakhir
setelah lebaran. Pakdhe culya berusia tiga tahun lebih tua dariku, kedewasaan
beliau membuatku terasa nyaman jika sedang berdua. Aku ingat benar sewaktu kami
berbuka puasa di luar rumah. Pakdhe sebelumnya datang ke kantor menjemputku,
pernah juga kami berdua pergi mencari tempat less fashion untuk adikku aaahhh
pakdhe.. aku makin demen saja. Komunikasi kami lancar, kami saling bertukar
cerita, pakdhe sanggup membuatku terlupa dengan masa lalu.
Hari berlalu begitu cepat,
begitu juga dengan keceriaanku. Pakdhe culya sudah mulai jarang menghubungiku,
aahhh mungkin belum sempat. Aku menjalani hidupku seperti hari lain, berangkat
kerja, maen ke tempat teman, makan, tidur, mandi tanpa halangan. Tanpa terasa,
sudah beberapa hari pakdhe belum menghubungiku. Aku gelisah dengan keadaan ini,
apa yang salah denganku? Aku mengkhawatirkannya, aku kembali merasakan dan
mengingat keadaan ini seperti pernah kulalui sebelumnya. Sebenarnya kemana
pakdhe? Sudahlah...
Lama tanpa kabar dari pakdhe membuatku sejenak
lupa bahwa aku pernah dekat dengannya. Aku teringat hanya ketika salah seorang
bertanya “bagaimana kabar pakdhe culyamu?”.
Jawaban - jawaban yang kulontarkan selalu sama “ga tau lah,,hahahaha”. Sehari, seminggu, sebulan berlalu tanpa
cerita ceria.
Lebaran haji tiba,
kebudayaan di keluargaku ketika hari qurban adalah bikin sate tusuk. Daging kambing,
sapi semua dibumbui dan dibakar,, rame sekali,, beginilah suasana yang selalu
aku inginkan ketika berkumpul. Sayang sekali, keceriaan itu hanya sementara
buatku. Rabu, 16 oktober siang, sehari setelah hari qurban aku mendapat private message dari pakdhe.
At 13.52
“Pakdhe mau
merid budhe..”, pesan pakdhe mengawali kegalauanku.
“cieeeeee...
horeeee dapet undangan bentar lagi”, aku mencoba menegarkan diri.
“iyo budhe..
kalo udah siap undangannya pakdhe antar lah”
“siap
komandan!!!!!”
Ya Allah... apa ini? Aku
bermimpi, apa lagi ini, sandiwara apa??. Pakdhe.. ternyata,,, aahh selama ini
aku dianggap apa? Aku diselamatkan dari ketinggian, kemudian akhirnya
dijatuhkan lebih keras kedasar. Ku hirup nafas sedalam mungkin, berharap ada
ketenangan disela perasaanku. ahh pakdhe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar