Love is beautiful, and I never have a moment.
Tiga bulan sudah
aku menjalani hidup sebagai laki – laki normal. Aku mulai memperluas jaringan teman.
Saat ini aku bekerja di Cikarang, dan memiliki teman baru bernama yos. Dia
sudah aku anggap sebagai kakak karena sifat dewasanya membuatku percaya bahwa
dia bisa menjadi teman yang baik. Aku mulai menabung sedikit – demi sedikit
mengingat usia yang sudah tidak muda. Uang memang bukan segala tetapi tidak
bisa dipungkiri segalanya butuh uang. Aku bekerja keras memeras keringat hanya untuk
adik – adikku dan tabungan masa depan. Aku bekerja di dua tempat, pertama di kantor
Askes yang selanjutnya di minimarket. Kuhabiskan 24 jam ku hanya untuk bekerja
dan bekerja, sebagian penghasilan untuk mengganti uang operasi yang tiga bulan
lalu kulakukan. Ya, aku adalah seorang transgender.
Mendapat libur
dua hari, kuputuskan untuk berkunjung ke tempat Luvti. Aku turun di terminal
pulogadung, dengan mengenakan kemeja putih, celana abu – abu kulihat Luvti
menghampiriku. Senyumnya yang lebar mengingatkanku pada peristiwa beberapa
bulan silam. “lama menunggu?”, sapaan pertama mengagetkanku. Aku membalas dengan
senyuman tanda mengiyakan. Sepanjang perjalanan kami berdiam diri, tanpa kata.
Akhirnya aku memulainya dengan bertanya ”istri
sehat? Malika sehat?”,. obrolan panjang kami dihentikan ketika kami telah
sampai di depan rumah Luvti. Dua puluh lima menit cukup untuk mencairkan
suasana kami yang sempat genting. Aku bertemu dengan Puput istri Luvti, kami
bersalaman saling sapa seolah tak ada yang terjadi. Kulihat dibalik tirai
malika sedang bermain dengan neneknya, Ya Allah aku beruntung sekali aku cepat
kembali menjadi seorang laki – laki, aku mulai berfikir apa jadinya jika aku
tetap melanjutkan hubunganku dengan Luvti. Malika masih sangat kecil dan masih
sangat butuh sesosok ayah.
Puput masuk
kedalam, Luvti juga masuk akan ganti baju. Aku tidak tahan dengan baju yang aku
kenakan, sesak menjerat sampai ulu hati. Hahhh rasanya aku tidak sanggup
bernafas, memang masih masa pemulihan setelah operasi aku belum sempat
melakukan sedot lemak di perut. Hambatan biaya yang cukup melangit, jadi aku
harus bersabar sampai uangku cukup. Aku bersandar di bangku depan jendela, tak
terasa air mataku menetes mengingat kesalahan – kesalahanku dimasa lalu. Untung
saja aku menganal Asrey, Ayu, Naya, Gita mereka selalu memberikan motivasi
padaku agar tetap bangkit walaupun memiliki kekurangan (kurang ganteng, kurang
tinggi, kurang langsing, kurang putih, kurang sangar, kurang maco).
“eh gimana di? Mau langsung makan? Kamu pasti lapar, si puput udah
masuk tuh”, seru luvtia.
“iya mas, aku ganti celana dulu, boleh pinjem kamar?”.
“oh iya dong, kan sudah disiapkan buat istirahat sampai besok”.
Aku diantar
oleh luvti ke kamar kosong yang dikususkan untuk tamu, terletak dibelakang
dekat dapur dan ruang makan. Aku mulai mengeluarkan barang – barang yang aku
perlukan, ah aku lupa memberikan cidera mata untuk puput. Aku membawa keripik
tempe asli Cikarang. Masih merileksasikan tubuh sembari menunggu saat dhuzur.
Seusai wudhu aku bergegas sholat karena kondisi perut yang tidak bisa diajak
kompromi. Luvti dan Puput sudah menunggu di meja makan, dengan raut malu aku
berjalan menunduk tak lupa seulas senyumku hadir. Puput dengan ramah melayaniku
dan menganggap aku sebagai saudara sendiri, mungkin agar aku tidak merasa segan
dihadapan mereka. Alhamdulillah, saatnya istirahat siang “di, kamu dirumah sendiri sama nenek gak apa kan? Aku mau nganter puput
kerja dulu, udah dienakin aja”, Luvti bergegas mengambil kunci motor yang
bergelantung di samping lemari kaca. Aku kembali masuk ke kamar, bersandaran di
tembok, betapa beruntungnya Luvti memiliki istri seperti Puput, sudah cantik,
pintar menata rumah dan pintar memasak. Yah,, terbesit rasa iri meskipun secuil
dalam hati, tapi aku rasa aku sudah berfikir normal. Pas sekali saat ini ku
kenankan jersey tim favoritku, hobby yang tak pernah ketinggalan yang selalu
aku lakukan di setiap tempat, mumpung Luvti dan puput tidak ada. Aku langsung
mengeluarkan handphone samsung young-ku,
tanpa basa basi aku mulai ber-pose (klik
– save, klik – save, klik – save) sampai
beberapa gaya. Aku berjanji pada diriku dan Allah, hari ini adalah hari
terakhir aku ber-pose feminim, besok
aku adalah seorang didi yang berwibawa penuh keyakinan dan tanggung jawab.
Yah.. aku harus berubah, aku juga ingin seperti Luvti memiliki istri yang
cantik dan pintar memasak, tetapi.. ada satu pose yang membuatku gemas
melihatnya, karena ini handphone pribadi aku memutuskan untuk menjadikannya
walpaper.
Zzzttttttt aku tertidur..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar