Hargailah dia yang mencintaimu..
Ia berkorban bukan karena berharap kasihmu.. Melainkan ingin menunjukkan kau berarti untuknya..

Pengikut

Selamat Datang di Blog Asrey Fatmalasari Putri

Senin, 26 Agustus 2013

The Last Time



Love is beautiful, and I never have a moment.




Tiga bulan sudah aku menjalani hidup sebagai laki – laki normal. Aku mulai memperluas jaringan teman. Saat ini aku bekerja di Cikarang, dan memiliki teman baru bernama yos. Dia sudah aku anggap sebagai kakak karena sifat dewasanya membuatku percaya bahwa dia bisa menjadi teman yang baik. Aku mulai menabung sedikit – demi sedikit mengingat usia yang sudah tidak muda. Uang memang bukan segala tetapi tidak bisa dipungkiri segalanya butuh uang. Aku bekerja keras memeras keringat hanya untuk adik – adikku dan tabungan masa depan. Aku bekerja di dua tempat, pertama di kantor Askes yang selanjutnya di minimarket. Kuhabiskan 24 jam ku hanya untuk bekerja dan bekerja, sebagian penghasilan untuk mengganti uang operasi yang tiga bulan lalu kulakukan. Ya, aku adalah seorang transgender.

Mendapat libur dua hari, kuputuskan untuk berkunjung ke tempat Luvti. Aku turun di terminal pulogadung, dengan mengenakan kemeja putih, celana abu – abu kulihat Luvti menghampiriku. Senyumnya yang lebar mengingatkanku pada peristiwa beberapa bulan silam.  “lama menunggu?”, sapaan pertama mengagetkanku. Aku membalas dengan senyuman tanda mengiyakan. Sepanjang perjalanan kami berdiam diri, tanpa kata. Akhirnya aku memulainya dengan bertanya ”istri sehat? Malika sehat?”,. obrolan panjang kami dihentikan ketika kami telah sampai di depan rumah Luvti. Dua puluh lima menit cukup untuk mencairkan suasana kami yang sempat genting. Aku bertemu dengan Puput istri Luvti, kami bersalaman saling sapa seolah tak ada yang terjadi. Kulihat dibalik tirai malika sedang bermain dengan neneknya, Ya Allah aku beruntung sekali aku cepat kembali menjadi seorang laki – laki, aku mulai berfikir apa jadinya jika aku tetap melanjutkan hubunganku dengan Luvti. Malika masih sangat kecil dan masih sangat butuh sesosok ayah.

Puput masuk kedalam, Luvti juga masuk akan ganti baju. Aku tidak tahan dengan baju yang aku kenakan, sesak menjerat sampai ulu hati. Hahhh rasanya aku tidak sanggup bernafas, memang masih masa pemulihan setelah operasi aku belum sempat melakukan sedot lemak di perut. Hambatan biaya yang cukup melangit, jadi aku harus bersabar sampai uangku cukup. Aku bersandar di bangku depan jendela, tak terasa air mataku menetes mengingat kesalahan – kesalahanku dimasa lalu. Untung saja aku menganal Asrey, Ayu, Naya, Gita mereka selalu memberikan motivasi padaku agar tetap bangkit walaupun memiliki kekurangan (kurang ganteng, kurang tinggi, kurang langsing, kurang putih, kurang sangar, kurang maco).

“eh gimana di? Mau langsung makan? Kamu pasti lapar, si puput udah masuk tuh”, seru luvtia.

“iya mas, aku ganti celana dulu, boleh pinjem kamar?”.

“oh iya dong, kan sudah disiapkan buat istirahat sampai besok”.

Aku diantar oleh luvti ke kamar kosong yang dikususkan untuk tamu, terletak dibelakang dekat dapur dan ruang makan. Aku mulai mengeluarkan barang – barang yang aku perlukan, ah aku lupa memberikan cidera mata untuk puput. Aku membawa keripik tempe asli Cikarang. Masih merileksasikan tubuh sembari menunggu saat dhuzur. Seusai wudhu aku bergegas sholat karena kondisi perut yang tidak bisa diajak kompromi. Luvti dan Puput sudah menunggu di meja makan, dengan raut malu aku berjalan menunduk tak lupa seulas senyumku hadir. Puput dengan ramah melayaniku dan menganggap aku sebagai saudara sendiri, mungkin agar aku tidak merasa segan dihadapan mereka. Alhamdulillah, saatnya istirahat siang “di, kamu dirumah sendiri sama nenek gak apa kan? Aku mau nganter puput kerja dulu, udah dienakin aja”, Luvti bergegas mengambil kunci motor yang bergelantung di samping lemari kaca. Aku kembali masuk ke kamar, bersandaran di tembok, betapa beruntungnya Luvti memiliki istri seperti Puput, sudah cantik, pintar menata rumah dan pintar memasak. Yah,, terbesit rasa iri meskipun secuil dalam hati, tapi aku rasa aku sudah berfikir normal. Pas sekali saat ini ku kenankan jersey tim favoritku, hobby yang tak pernah ketinggalan yang selalu aku lakukan di setiap tempat, mumpung Luvti dan puput tidak ada. Aku langsung mengeluarkan handphone samsung young-ku, tanpa basa basi aku mulai ber-pose (klik – save, klik – save, klik – save) sampai beberapa gaya. Aku berjanji pada diriku dan Allah, hari ini adalah hari terakhir aku ber-pose feminim, besok aku adalah seorang didi yang berwibawa penuh keyakinan dan tanggung jawab. Yah.. aku harus berubah, aku juga ingin seperti Luvti memiliki istri yang cantik dan pintar memasak, tetapi.. ada satu pose yang membuatku gemas melihatnya, karena ini handphone pribadi aku memutuskan untuk menjadikannya walpaper.



Zzzttttttt aku tertidur..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar