“Pagiiii... “, ucap
sapa muklas pagi ini. “udah bangunkah”,
lanjutnya.
“hemmmm pagiii mas,
(hoaammmm)”
“masyaallah, ini sudah
siang lho, bangun.. “
Aku tersenyum,
mendengar suara muklas membangunkanku. Saat ini mungkin aku adalah wanita
paling bahagia. Muklas selalu menghubungiku sebelum/setibanya di tempat kerja. Aku
mengenalnya dari dunia maya, dan semua terjadi begitu saja. Dekat sekali,
bahkan aku selalu merasa nyaman. Entahlah, aku merasa kami berdua memiliki
kesamaan, dalam bertukar cerita dll. Aku dan muklas, hanya aku dan dia yang tau
apa yang pernah kami rasakan.
Kedekatan
kami tak diketahui seorangpun di group, karena memang kami merahasiakannya. Kami
tak begitu paham sebenarnya kami ini siapa?? Pacar bukan, saudara bukan, ketemu
belum.. muklas baik, dewasa sekejap hal tersebut yang membuatku berpaling dari
masa lalu. Pernah suatu hari muklas
menawarkan untuk kami saling menjalin hubungan jarak jauh, namun dengan tegas
aku menolaknya, banyak beberapa alasan yang tak bisa kujelaskan namun lebih
tepatnya aku ingin istiqarah.
Seperti biasa,
aku bangun pagi yang berbeda hanyalah aku bangun tanpa ucap sapa muklas. Sudah sejak
lama kami tak sedekat dulu, entahlah mungkin muklas bimbang terhadapku, bimbang
terhadap perasaannya. Aku cemas menunggu kabarnya, rasanya sesak, aku telah
dibodohi perasaanku sendiri. Aku benci diabaikan, dan sejak hari ini aku
memutuskan untuk tidak lagi mengharap muklas.
Tanpa muklas,
membuatku lena. Tuhan mempertemukanku dengan lelaki lain, nyata kulihat
sosoknya dihadapan. Aku memutuskan
menjalin hubungan dengannya, karena aku merasa dia membutuhkanku dan dalam
sekejap aku terpikat olehnya. Dua hari berlalu, kuterima pesan dari muklas yang
sudah sejak lama aku tunggu.
“ aku gak tau sama perasaanku, aku bingung harus bagaimana”
“maaf mas”, balasku. “aku juga
gak ngerti meski gimana, maaf tapi saat ini aku sudah memiliki seseorang yang
lebih membutuhkanku disini, entahlah aku merasa dia butuh aku”
“iya.. semoga kamu bahagia”
“mas, maaf tak ada maksud menyakitimu. Aku tidak berharap bahagia, gak
tau tiba – tiba aku merasa semua nya berbeda”.
Sejak hari itu, aku dan muklas
sudah tidak lagi ada kabar. Di group, kami jarang bertemu atau bersalam sapa. Rasanya
menyakitkan, harusnya dulu aku mengharapkannya. Mungkin salahku, tidak tegas
menentukan pilihan. Ku putuskan untuk left dari grup. Tidak berapa lama muklas
mengirim pesan “kenapa left??”.
“entahlah mas, rasanya sakit melihat namamu muncul d group”.
“ya sudah kalo begitu biar aku saja yang left”, muklas menawarkan
diri.
“gak usah, tenang aja, aku baik – baik saja setelah ini”.
****
NB : udah ga usah serius banget bacanya itu cuma fiktif
kok..hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar